TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Konon Pok Pok memburu orok atau anak kecil. Saking percayanya, sejumah warga yang mempunyai anak balita terpaksa berjaga. Bahkan, Regy yang memiliki anak usia 3 tahun harus berjaga semalam suntuk. Pok Pok dengan istilah berbeda juga terdapat di daerah lain
Regy Titiahy tidak tenang. Dirinya masih kepikiran heboh Pok Pok. Apalagi dia mengaku anak semata wayang berusia tiga tahun. Karena itu dia menjaga anaknya sehari semalam, alias 24 jam. Dia merasa khawatir karena Pok Pok konon dikenal suka memburu orok dan anak kecil.
"Saya kemarin juga ikut kelompok (warga) berjaga?jaga mengantisipasi serangan Pok Pok. Kami akan melakukan hal ini (berjaga) sampai benar-benar merasa aman," tuturnya. Kemunculan Pok Pok di kompleks Titiwungen agaknya berhasil membuat perasaan warga setempat tidak tenang.
Sejumlah pemuda berjaga tiap malam. Mereka berjaga secara berkelompok agar tidak kecolongan, jika nantinya hantu jadi-jadian itu muncul.
Dua hari terakhir, meski tak seramai sebelumnya, tetap ada saja sejumlah warga ingin mendengar cerita Pok Pok. Cerita yang beredar, kemunculan Pok Pok itu menyusul kematian Pok Pok sebelumnya yang kalah bertarung dengan seorang tonaas. Seperti kata Daniel (17), yang mengklaim menyaksikan perkelahian itu.
Katanya, teriakan Pok Pok itu seperti klakson mobil tronton. Pok Pok juga dikenal di daerah lain, meski penamaannya berbeda. Seperti tulis situs wikipedia, setidaknya ada dua tradisi kebudayaan yang mengenal hantu dengan ciri memburu orok dan anak balita. Hantu sejenis tersebut berupa Pelesit di Sumatera barat, dan Kuyang di Kalimantan.
Pelesit menurut cerita yang berkembang dari mulut ke mulut, merupakan manusia yang memiliki ilmu hitam tinggi. Bedanya dengan Pok Pok, konon Pelesit juga memburu orok yang sudah meninggal, sehingga ditakuti ibu-ibu, termasuk yang sedang mengandung. Dalam cerita yang beredar, rupa Pelesit berupa kepala yang melayang-layang.
Sedangkan Kuyang, bagi sebagaian masyarakat Kalimantan dipercayai sebagai siluman berwujud kepala manusia dnegan isi tubuh menempel tanpa kulit, dia terbang mencari darah bayi. Sama seperti Pelesit, Kuyang sebenarnya manusia yang belajar ilmu hitam dengan tujuan sesat.
Siang hari berdasar cerita mulut ke mulut, dia seperti orang biasa. Namun malam hari menjelma dan terbang seperti burung besar. Namun tak perlu seperti warga Titiwungen yang harus berjaga, warga dapat menangkal Kuyang cukup dengan memukul perabot rumah tangga seperti panci atau wajan menggunakan sapu ijuk.
No comments:
Post a Comment