Friday, October 15, 2010

Dari Negeri Belanda Hingga Indomie

Dari Negeri Belanda Hingga Indomie
Jakarta - Razia Indomie di Taiwan, memantik perhatian Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Meski kandungan kadar pengawet Indomie telah memenuhi standar yang
berlaku secara internasional, yakni kandungan bahan pengawet 250 mg per kg, Menteri
Kesehatan tetap melarang memakan Indomie secara berlebihan.

"Kita cari jalan aman saja" demikian kata Menkes yang dilansir detiknews.com, Selasa (12/10). Hal serupa juga dihimbau oleh Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI) agar masyarakat mengurangi konsumsi Indomie secara berlebihan.

Bulan Oktober ibarat "bulan razia" bagi masyarakat Indonesia. Mulai dari Presiden yang terancam dirazia di negeri Belanda oleh RMS, razia nelayan Indonesia di perairan Kepulauan Riau, hingga razia produk makanan instan favorit masyarakat Indonesia (Indomie). Namun di bulan Oktober juga, memberkahi tumbuhnya rasa nasionalisme di balik masalah demi masalah yang kita hadapi.

Makanan Politik

Indomie memang makanan politik. Di saat musim kampanye Pilpres 2009, produk makanan yang bernaung di bawah PT Indofood Sukses Makmur TBK ini, mengeluarkan iklan kontroversial di televisi dengan icon "SBY Presiden ku,...".

Konon atas iklan tersebut, banyak Short Message Service (SMS) yang bertebaran, agar
bagi pendukung JK-Wiranto (JK-WIN) tidak mengonsumsi Indomie. Karena produk makanan itu mendukung Capres SBY-Budiono. Tapi cerita ini sebatas selentingan yang tak jelas juntrungan dan sumbernya.

Kali ini, makanan yang dimerekkan dengan nama depan "Indo" ini, menohok nasionalisme
sebagian rakyat Indonesia. Selain karena Indomie menjadi makanan favorit, nama
depan "Indo" pada kata Indomie, memiliki tarikan psikologis yang luar biasa bagi semangat nasionalisme.

Pada Selasa (12/10) pukul 08.45 WIB, sebuah page dengan judul Indomie Instant Noodles, tercatat ada sekitar 45.741 pengguna Facebook yang mengklik "like" untuk halaman ini.

Razia indomie di Taiwan, telah memantik semangat nasionalisme masyarakat Indonesia.
Dan politifikasi atasnya adalah, dengan mempublikasikan dukungan lewat media facebook kepada Indomie.

Di lain kasus, produk Indomie juga dinilai sebagai makanan warisan Orde Baru (warisan Soeharto). Hal ini diperlihatkan oleh LSM Bendera dalam memperingati 1.000 hari meninggalnya mantan Presiden Soeharto. Aksi peringatan 1.000 hari meinggalnya Soeharto itu, dibumbuhi pembakaran produk Indomie sebagai wujud penolakan terhadap Soeharto dan Indomie. Walhasil, bukan hanya kadungan zat pengawetnya yang ditolak, politisasi terhadap produk Indomie pun tak terhindarkan.

Nasionalisme

Mungkin separuh orang bertanya, apa korelasinya Indomie dengan nasionalisme? Apa pada kata "Indo" yang tergelar di depan sebelum kata "food?" Bisa ya bisa tidak.

Kata Indo, pada Indomie, memiliki dua muatan makna. Pertama, untuk meng-Indonesia-kan produk milik Sudomo Salim. Hal ini serupa dengan Indonesianisasi nama asli Sudomo Salim yakni Liem Sioe Liong.

Kedua, entahlah, apakah politik penamaan itu terdorong oleh semangat k-Indonesia-an, namun, sejak berdirinya pada tahun 1972, PT Indofood Sukses Makmur TBK sedikit banyak memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan rakyat Indonesia.

Karena sejak 38 tahun berdirinya, PT Indofood Sukses Makmur TBK menyerap tenaga kerja yang tak sedikit jumlahnya. Di sinilah letak nasionalitas PT Indofood, meski memiliki sejumlah catatan hitam di masa Orde Baru.

Bila isu razia produk Indomie di Taiwan menganggu siklus pemasaran Indomie, maka hal
tersebut akan menganggu stabilitas ekonomi. Pengangguran akibat PHK pun tak dapat dihindari.

Lagi pula, cita rasa Indomie secita rasa keberadaan Indonesia di luar negeri. Karena
produk makanan instan itu identik dengan Indonesia

Meski Indomie dan Liem Sioe Liong memiliki jejak hubungan di masa Orde Baru yang tak
sesedap cita rasa Indomie, ponolakan pemerintah Taiwan atas Indomie mesti ditelisik.
Apa motifnya? Apakah murni persoalan kandungan zat pengawet, atau perang usaha?

Indikasi perang usaha ini, diungkap oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Pangan
Indonesia Boediyanto kepada Tempo, Rabu (12/10). Larangan penjualan Indomie di
Taiwan diduga berlatar belakang persaingan usaha.

Uni-President yang merupakan produsen makanan terbesar di Taiwan yang terusik dengan kehadiran Indomie dan mencari celah untuk meredam laju produk pabrikan Jakarta itu. Hal inilah yang membuat Menteri Koordinator Ekonomi Hatta Rajasa berang dan akan mengajukan protes, bila razia Indomie di Taiwan semata dipicu perang usaha. VIVA news, Selasa (12/10).

Tanpa disadari, penolakan Indomie di Taiwan, telah memprovokasi rasa nasionalisme kita. Semua orang angkat bicara. Dari facebooker hingga menteri dan anggota DPR. Bulan oktober memang bulan penuh cita rasa nasionalisme. Mulai dari pembatalan Presiden ke Belanda demi harga diri bangsa dan nasionalisme, hingga mendukung produk Indomie demi eksistensi cita rasa Indonesia. Semoga demikian.

*)Mohammad Iclas El Qudsi, S.Si. M.Si adalah anggota DPR-RI Komisi XI Fraksi PAN

No comments:

Post a Comment