Kocim news - INILAH.COM, Tripoli – Aksi militer gabungan yang membombardir Libya bak maut yang membayang di mata Muammar Khadafi. Namun ia selalu selamat. Benarkah puluhan perawan jadi sumber kesaktiannya?
Di tengah gegap gempitanya bombardir Barat, sudah dipastikan Khadafi aktif mencari perlindungan di negaranya. Namun, tampaknya pemimpin Libya ini tak perlu khawatir, karena ia memiliki tim pengawal pribadi khusus yang dilatih selama beberapa dekade.
Sudah merupakan rahasia umum, pengawal Khadafi itu berjenis kelamin perempuan. Namun, selain gagah dan macho, tak banyak yang tahu kalau para pengawalnya itu ternyata masih perawan! Ya, sebanyak 40 perawan bergincu dengan senjata terkokang ini selalu siap berada di sekeliling Khadafi.
Dayang-dayang penjaga ini mengenakan kacamata keluaran desainer ternama, memakai bot militer berhak tinggi dan tak lupa mengenakan seragam kamuflase. Tapi jangan mudah tertipu. Meski tampil cantik dan seksi, semua perempuan ini adalah pembunuh terlatih.
Benak kita langsung tertuju pada Women’s Military Academy yang didirikan Khadafi di Tripoli pada 1979 silam. Akademi ini dibentuknya sebagai simbol emansipasi wanita.
“Saya berjanji kepada ibu untuk memperbaiki kondisi perempuan di Libya,” ujar Khadafi saat mendirikan akademi tersebut. Ibunya adalah seorang perempuan biasa yang buta huruf dari suku Badui Arab. Adapun ia lahir di tengah penjajahan Italia atas negaranya.
Beberapa pengunjung asing yang sempat diberi akses mengintip akademi itu memberi kesaksiannya. Di blok akademi bergaya Sparta, ada sekitar 100 perempuan yang dilatih teknik membunuh ala pasukan elit, siang dan malam, selama tiga tahun. Mereka dibangunkan setiap pukul 04.30 subuh, kemudian melakukan pemanasan dengan jogging selama satu setengah jam.
Setelah itu, mereka masuk ke kelas-kelas. Beberapa dilatih menerbangkan jet tempur MIG. Lainnya belajar seni bela diri, bahkan menembakkan granat berpeluncur roket. “Pelatihan itu melibatkan semua kemampuan tentara. Mulai dari persenjataan, bertempur dengan tangan kosong, hingga telekomunikasi,” ujar Jane Kokan, jurnalis Kanada yang pernah mendokumentasi aktivitas ini pada 1995.
Sementara Doug Sanders, jurnalis Kanada lain yang pernah mendapat izin serupa pada 2004, menuliskan pengalamannya di blog. Ia meyakini, bodyguard elit perempuan yang juga dikenal sebagai ‘Protectors of the VIP’ ini merupakan simbol.
“Ini gambaran pikirannya yang idiosyncratic dan enigma revolusi di sebuah negara Muslim, dimana perempuan dalam kehidupan sehari-hari masih jauh mendapatkan persamaan hak dan kewajiban,” tulisnya.
Siswi-siswi terbaik dari akademi itu dijuluki ‘biarawati revolusionis’. Mereka tak pernah menikah dan mendedikasikan hidupnya sepenuhnya pada ide Revolusi 1969 yang dilakukan Khadafi. Mereka dilarangan berhubungan seks dan bersumpah untuk melindungi Khadafi, bila perlu hingga ajal menjemput.
Hal ini sudah terbukti, pada 1998 lalu. Seorang seorang bodyguard bernama Aisha melemparkan dirinya ke arah Khadafi ketika militan Islam menyerbu iring-iringan Khadafi. Serentetan peluru menewaskan Aisha dan dua rekan lainnya. Namun Khadafi selamat, tanpa tergores sedikit pun. Jadi, jangan ragukan kemampuan para perempuan ini dalam menyediakan perlindungan.
Agen intelijen Barat berulangkali berusaha menggoyahkan kesetian inner circle Khadafi. Meski ada beberapa yang mengkhianati pemimpin Libya selama 41 tahun itu, tak ada satupun pengawal perempuannya yang tercatat demikian. Sekalipun ada, rezim Khadafi pasti melakukan apapun demi menjaga citra pengawal elitnya.
“Tanpa sang pemimpin, perempuan Libya tak berarti apa-apa. Ia memberi kami hidup dan saya siap mati untuknya. Ia seorang ayah, kakak dan sahabat yang bisa anda percaya. Anda takkan percaya, betapa rendah hatinya Khadafi,” ujar gadis berusia 27 tahun yang sedang dilatih di akademi tersebut, Fatia.
Banyak yang menduga Khadafi saat ini bersembunyi di luar Tripoli. Namun ia muncul di balkon Bab Al Aziziya, kompleks tempat tinggalnya yang terkena rudal beberapa hari lalu. Jet-jet pribadinya juga diyakini telah hancur, memperkecil kemungkinan ia kabur ke luar negeri. Tak ada pilihan lain bagi Khadafi, selain menyerahkan nyawanya kepada para perawan-perawan itu. Namun, sampai kapan?
No comments:
Post a Comment