Friday, September 17, 2010
"Osama" Akhirnya Mati
SURABAYA, KOMPAS.com — Di tengah upaya pembenahan Kebun Binatang Surabaya, kematian satwa kembali terjadi. Kali ini, seekor singa afrika jantan berumur 11 tahun mati setelah tiga bulan lumpuh dan sakit-sakitan.
Humas Kebun Binatang Surabaya Agus Supangkat mengatakan, singa (Panthera leo) bernama Osama tersebut ditemukan mati, Kamis (16/9/2010) malam sekitar pukul 22.00. "Singa jantan ini sudah menjalani perawatan sekitar tiga bulan karena sakit-sakitan dan lumpuh," ucapnya, Jumat (17/9/2010) di KBS, Surabaya.
Berdasarkan pengamatan Kompas¸ Jumat (27/8/2010) lalu, kondisi singa jantan ini sangat memprihatinkan. Surainya terlihat rontok, gigi banyak yang tanggal, dan kaki belakang lumpuh.
Pada Rabu (15/9/2010) lalu, Osama sudah terlihat lebih kurus dan semakin kritis. Bahkan, siang yang dulu didatangkan dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga, Jabar, ini mulai tergolek sekarat di dalam kandang. Akhirnya, pada Kamis malam Osama pun mati.
Menurut Agus, pascakematian, pada Jumat pagi tim dokter hewan KBS langsung melakukan otopsi pada mayat singa jantan itu. Hasil otopsi menunjukkan, Osama mengalami radang paru-paru (pneumonia) dan gangguan ginjal.
Setelah menjalani otopsi, bangkai singa kemudian dibakar dan tidak diawetkan seperti kematian satwa-satwa sebelumnya. Kondisi singa ini memang sudah sakit. Karena itu, bangkainya kemudian dibakar. "Dengan kematian singa jantan ini, sekarang masih tersisa lima ekor singa, terdiri dari satu jantan dan empat betina," kata Agus.
Untuk menindaklanjuti hasil otopsi ini, pihak KBS juga mengirimkan sampel organ singa ke Laboratorium Kesehatan Daerah Jatim, Laboratorium Patologi Universitas Unair, dan Laboratorium Kepolisian Daerah.
Berdasarkan data historis, Osama resmi menjadi koleksi KBS sejak tahun 2004 lalu. Waktu didatangkan dari PPS Cikananga, kondisi singa jantan ini sehat.
Di alam, umur singa afrika bisa mencapai usia maksimal sekitar 20 tahun. Karena itu, dari sisi usia, umur Osama belum terlampau tua.
Kondisi kandang
Diduga, kondisi kandang yang tidak sehat menjadi salah satu penyebab kematian satwa. Saat ini, kandang untuk jenis satwa kucing besar seperti harimau dan singa sangat sempit dengan jumlah hewan yang berlebih. Karena sempit, sirkulasi udara kandang-kandang tersebut terbatas.
KBS sebenarnya memiliki tanah lapang untuk melepas singa dan harimau. Namun, hewan-hewan tersebut jarang dilepas bersamaan untuk menghindari perkelahian.
Kami harus menerapkan sistem gilir jika mengeluarkan singa atau harimau. Hewan-hewan itu tak pernah berkumpul sehingga kami khawatir mereka akan berkelahi jika disatukan, kata Agus.
27 Satwa lain kritis
Ketua Tim Pengelola Sementara KBS Tony Sumampau beberapa waktu lalu mengatakan, di KBS terdapat 28 satwa yang kondisinya kritis atau butuh perawatan intensif. Dengan kematian, satu ekor singa jantan, maka kini masih terdapat 27 ekor satwa lain yang kritis.
Sebanyak 28 satwa yang kritis itu, antara lain seekor singa betina, seekor harimau benggala betina, seekor bison jantan, seekor harimau tutul betina, seekor rusa bawean betina, tiga rusa timor jantan, satu rusa sambar betina, dua beruang madu jantan dan betina, dua hari mau sumatera betina, seekor simpei jantan, seekor rusa tutul jantan, dua ekor ikan arapaina, dua ekor burung kakatua jambul kuning, seekor kera jawa, seekor kapuchin, satu komodo, dan seekor onta.
Labels:
Nasional
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment