Kocim news - Lili masih bingung dan kikuk. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia menyangka ini urusan cinta Awan dan Zaliany. Sebab, sahabat dekatnya ini pernah mencurahkan isi hatinya tentang Awan. Sehingga dia tak ingin mengganggu. Di sisi lain, dia merasa kelabakan terjebak di depan Baskara. Tapi akan meninggalkannya jelas tak sopan dan bisa menyakiti hatinya, selain sebenarnya dari dalam lubuk hatinya dia mensyukuri bisa berdua dengannya.
"Kamu nggak keberatan kita berdua saja?” tanya Baskara mengagetkan. Lili pun mencoba menepis kegugupannya dan menjawab, “Nggak. Mas Bas keberatan, nggak? "Jelas tidak! Justru menyenangkan, bisa banyak bicara dengan orang sepertimu,” Baskara mulai lancar berbicara. Lili tampak tersanjung, malu, gemetar, sekaligus mulai dirayapi rasa bahagia. Sejenak mereka diam. "Lili, kamu tampak cantik. Pasti bahagia pacarmu memiliki kekasih sepertimu. Sudah cerdas, cantik pula,” tiba-tiba Baskara bisa mengeluarkan jurus lamanya. Dia sendiri tak menyadari, dari mana keberanian itu muncul. Makanya dia sempat tegang, karena merasa terlalu lancang. "Ah, saya belum punya pacar. Nggak laku, mungkin karena jelek.” Plong! Ternyata Lili tak merasa dilancangi dan masih sendiri. Baskara pun semakin berani mengeluarkan jurus-jurusnya. “Jangan merendah begitu. Kamu tak hanya memancarkan kecantikan fisik, tapi juga memiliki inner beauty.” "Bisa saja Mas Bas memuji.” "Sungguh! Aku tak mengada-ada.”
Lili diam, menundukkan kepalanya sambil menahan getaran yang luar biasa. Baskara juga makin mabuk-kepayang melihat keanggunan Lili dalam diamnya. Dia sengaja tak ingin membicarakan hal lain, karena tak mau kehilangan momen terindah. Malam ini, dia harus bisa melakukan sesuatu demi gejolak jiwanya yang makin meronta. Jikapun tak akan menyatakan cinta, setidaknya dia bisa membuat sesuatu yang membuka gerbang agar mereka punya alasan untuk lebih sering bertemu di kemudian hari.
"Mas Bas sendiri malam Minggu begini nggak pacaran?” Lili kini berani memecah kebisuan sekaligus membalas pertanyaan menyelidik yang dilakukan Baskara. Selidik dibalas selidik, meski untuk merangkai kata-kata itu Lili harus berkeringat. Baskara merasa Lili telah memberikan umpan balik.
"Oh, aku sudah tiga tahun tak pacaran sejak putus. Nggak laku-laku ha…ha…ha…” "Ah, mosok sih orang ganteng seperti Mas Bas nggak punya pacar,” kata Lili ganti memuji, meski sebenarnya sudah tahu Baskara masih sendiri dari cerita Zaliany.
Pertanyaan itu membuat hati Baskara bergoncang keras. Detak jantugnya makin tak teratur, sampai napasnya kadang tersengal. Untuk menutupinya, dia menyulut rokoknya. Tetap saja dia agak gemetar. Sebab dia mengartikan pertanyaan itu sebagai pintu yang mulai dibuka Lili dan dia harus berani memasukinya. Dia sudah menyiapkan kata-kata berikutnya, tapi menimbangnya berkali-kali untuk mengeluarkannya. Harus diucapkan. Ini momen terbaik. "Inginya punya. Apalagi kalau pacarnya seperti kamu.”
Baskara makin gemetar karena akhirnya mengeluarkan kalimat andalan yang sejak tadi dia rancang itu. Dia lirik reaksi Lili yang ternyata juga seperti tersengat, lalu hanya bisa menundukkan kepala. Baskara pun kini kehilangan kata-kata lainnya, apalagi Lili. Diam lagi, sementara alunan musik instrumental Kenny G yang diputar pihak kafe manambah suasana makin mencekam. Setengah menit tak ada kata dari keduanya. Ini sudah pinangan. Lili sebenarnya menyambut dengan gembira pinangan itu, tapi rasa malu mengalahkan keberaniannya untuk jujur. Sementara Baskara makin penasaran terhadap reaksi Lili selanjutnya.
[via - kompas]
No comments:
Post a Comment