Kocim news - Pimpinan Yayasan Qaddafy Islamic Center, Ustad Muhammad Arifin Ilham menyatakan tidak akan mengganti nama Mesjid Muamar Qaddafy pascakrisis yang terjadi di Libya. Dia mengatakan, nama tersebut akan tetap dipakai sesuai dengan nama pemilik yayasan yang mendanai pembangunan mesjid megah tersebut.
"Kita tidak mengganti nama mesjid. Nama mesjid ini tetap bernama Muamar Qaddafy," katanya saat ditemui usai zikir akbar di Mesjid Muammar Qaddafy, Bogor, Minggu (3/4/2011). Arifin juga menyatakan, krisis yang terjadi di Libya tidak mempengaruhi aktivitas umat muslim untuk beribadah di Mesjid Muamar Qaddafy yang terletak di Perumahan Bukit Az Zikra Sentul, Desa Cipambuan, Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ia mengatakan, justru saat ini jumlah umat muslim yang datang untuk beribadah menjadi lebih banyak. "Pengaruhnya justru makin berkah mesjidnya. Makin banyak yang cinta karena mereka tahu mana yang berbuat zolim dan yang dizolimi," kata Ustad.
Arifin menyebutkan, krisis yang terjadi di Libya pun tidak memutuskan kerja sama antara pihaknya dan pihak yayasan yang mendanai pembangunan mesjid tersebut. "Justru yang kita kagum, dalam kondisi sulit saat ini mereka masih mengirimkan dana untuk satu tahun ke depannya," kata Ustad.
Lebih lanjut, Arifin mengatakan, pembangunan mesjid tersebut didanai oleh yayasan di Libya yang bernama Muamar sehingga nama mesjid disesuaikan sebagai bentuk penghormatan. Budi Santoso, pengelola mesjid, menyebutkan, Mesjid Muammar Qaddafy dibangun pada 2007 dan diresmikan penggunaannya pada 2009. Mesjid tersebut didanai sepenuhnya oleh oleh The World Islamic Call Society sebuah yayasan milik pemerintah Libya pimpinan Muamar Khadafy.
"Saat itu pemerintah Libya mengundang ustad Arifin Ilham untuk bersilaturahmi, dan menawarkan bantuan. Saat itu Ustad Arifin menyatakan keinginannya untuk memiliki mesjid, dan pihak yayasan pun membantu membangun mesjid ini," katanya. Total dana yang dikucurkan oleh pihak Yayasan Muamar tersebut senilai Rp 50 miliar untuk pembangunan komplek mesjid dan perumahan yang ada di kawasan Bukit Az Zikra.
Budi mengatakan, hingga krisis terjadi kerja sama kedua belah pihak masih terjalin dengan baik. Hingga baru-baru ini Ustad dan pengurus mesjid mengunjungi Libya pada pertengahan Februari sebelum pecah perang. Selain itu, pihak yayasan masih mengirimkan dana operasional mesjid setiap tahunnya, yang jumlah per tahunnya sebesar Rp 2 miliar.
"Kerja sama tersebut masih berlangsung hingga 2012, selama itu pihak Libya masih terus membantu pembangunan mesjid ini hingga selesai," katanya.
Bangunan Mesjid Muamar Qaddafy berdiri kokoh di atas lahan seluas 12.600 meter persegi. Memiliki menara setinggi 57 meter yang berdiri menyading tiga lantai bangunan utamanya. Sepasang bangunan serambi mengapit gedung utama di bagian sisi timur. Di sisi bagian barat bangunan di sayap selatan berada fasilitas kantor Yayasan Az Zikra.
Di bawahnya ditempati kantor sekretariat rumah tangga masjid. Di bagian bangunan sayap utara sisi barat, lantai dasar dipakai untuk fasilitas pemuliaan jenazah dan di atasnya dipakai untuk ruang perpustakaan.
Arsitektur bangunan tersebut memadukan karakter universal arsitektur Islam dengan ciri arsitektur lokal tropis. Terdapat kubah, portal lengkung, minaret, ornamen bintang delapan juga kaligrafi.
Karakter atap tajuk piramida, emeran besar, empat tiang penyangga utama dengan jajaran tiang pendukung keliling menjadi ciri lokal arsitektur tropis.
Fasilitas mesjid terdiri dari ruang sholat dan zikir, ruang toilet laki-laki dan perempuan, tepat wudhu laki-laki dan perempuan, ruang serbaguna, ruang persiapan saji, ruang ganti dan istirahat, ruang pemuliaan jenazah, perpustakaan dan area parkir yang luas dengan kapasitas 30 bus besar, 472 mobil, dan 240 sepeda motor.
[via - kompas]
No comments:
Post a Comment