KOMPAS.com — Di wilayah DKI Jakarta, para penjahat jalanan umumnya adalah penjahat kambuhan. Polisi beberapa kali menangkap dan memenjarakan mereka. Mereka juga berpura-pura menjadi pengamen, tetapi memaksa dan menakut-nakuti penumpang agar menyerahkan uang.
"Saya sering melihat pencopet beraksi, tetapi tidak berani teriak. Takut dikeroyok. Mereka biasanya ramai-ramai,” kata Krisan (21), penjaga toko di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (18/1/2011).
Krisan setiap hari naik angkutan umum dari rumahnya di Lenteng Agung menuju Blok M. "Biasanya, penjahat seperti itu kalau mengamen menyanyinya tidak jelas, seperti orang menggeram. Mulutnya bau minuman. Lebih baik langsung saya kasih Rp 1.000,” kata Inayah (18), pelajar yang setia naik angkutan umum. Di sakunya selalu ada uang kecil karena cara itu lebih aman ketimbang harus membuka tas atau dompet.
Penjahat jalanan yang berpura-pura mengamen dan meminta uang secara paksa merugikan pengamen. Feri (19), pengamen yang biasa mangkal di Slipi, Jakarta Barat, menuturkan, kini banyak pengamen di bus yang menyanyi tanpa diiringi alat musik.
"Mereka hanya pidato, mengatakan baru keluar dari penjara atau sejenisnya, dan minta uang kepada penumpang," ujar Feri.
Beberapa waktu lalu, seorang pengamen orasi tewas karena luka tusuk setelah dikeroyok penumpang dan dilempar dari bus. Dalam keadaan mabuk, dia memaksa meminta uang.
Kecopetan
Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) kepada 3.000 penumpang bus transjakarta menunjukkan, ada 1,57 persen responden pernah kecopetan, sementara 1,24 persen responden mengalami pelecehan seksual.
Kejahatan serupa terjadi pada jenis angkutan lain. Kepala Polsek Senen Komisaris Ari Wibowo mengatakan, ada dua penjambret di bus tertangkap. Pelaku berinisial S dan KT itu ditangkap dalam razia Sabtu lalu. "Ketika itu ada anggota kami melihat pelaku berdiri di pintu metromini. Keduanya membawa senjata tajam," kata Ari.
Keduanya pernah ditahan delapan bulan, juga untuk kasus penodongan. Setelah keluar dari penjara, mereka mengaku sering menodong di bus. Mereka beraksi mulai dari Terminal Senen.
Penodongan juga pernah terjadi di bus Mayasari Bakti yang melintas di Jalan Letjen Suprapto. Polsek Kemayoran menahan tiga penodong di dalam bus.
Kejahatan juga terjadi di kereta rel listrik. Nurcahyo, moderator mailing list Krlmania, mengatakan, pengguna KRL kerap menemui kasus itu. Penjahat mengincar orang yang baru sekali atau beberapa kali naik KRL.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Gatot Edy Pramono mengatakan, tingkat kejahatan jalanan di wilayahnya tergolong rendah jika dibanding dengan kawasan lain di Jakarta.
"Pencurian selalu ada. Kejahatan lain, seperti penodongan, pencopetan, dan pemalakan di jalan atau angkutan umum tetap ada," katanya.
Kepolisian Resor Metro Khusus Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, menangkap dua pembius, yakni Hendra alias Cungkring (35) dan Sarifudin alias Udin (37). Polisi masih memburu dua pelaku lainnya, yakni DV dan ED.
No comments:
Post a Comment